Bagaimana Kalo Lulusan JIP-FSUI Ingin Bekerja Di Luar Negeri?
Suatu hari ada seorang lulusan JIP-FSUI dengan hati yang bangga sebagai lulusan JIP-FSUI dengan predikat cum laude sedang membuka-buka website lowongan kerja, seperti layaknya seorang lulusan JIP lainnya.. Bukan main girang bukan kepalang saat ia tahu bahwa begitu banyak lowongan pustakawan di negeri orang..wahhhh...di USA, Malaysia, Singapore...Kali aja dia bisa kenal..Keanu Reeve pikirnya.....Lalu ia mengirim lowongan itu lewat email..sehari, dua hari, seminggu..kok tidak ada balasan...Alhasil dia kecewa berat...Saat ia lunglai dan berjalan gontai..dia bertemu sang Profesor tersohor Ilmu Perpustakaan Indonesia satu-satunya, yakni Bapak Profesor Sulistyo Basuki. Terjadilah percakapan layaknya antara Bapak dan Anak...karena isi percakapan itu adalah keluhan kepada sang maha guru. Percakapannya seperti ini;
Pak Sulis... kebetulan sekali saya kecewa sekali, kenapa yaa..kok email lamaran saya ditolak dan dikatakan sertifikat ijazah saya tidak memiliki akreditasi, lalu
1. Apakah akreditasi international itu?2. Bagaimana posisi pendidikan pustakawan indonesia terhadap akreditasi international, misalnya ALA.3. Apakah JIP UI misalnya memiliki tingkat akreditasi setaradengan misalnya ALA?4. Kalau belum gimana kita bisa dapat? (katakanlah saya mau apply job di US)
Pak Sulis..menjawab sambil bergaya khasnya dengan memeluk buku-buku pelajaran yang biasa dipegangnya.......
"Tidak ada akreditas internasional untuk pustakawan karena akreditasi lazimnya dilakukan oleh organisasi pustakawan di negara masing-masing. Di AS, akreditasi terhadap pendidikan pustakawan dilakukan oleh ALA, itupun baru terbatas pada program master sedangkan untuk doktor masih belum jelas. Di Indonesia kreditasi pendidikan dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN). Sebagai contoh program magister Ilmu Perpustakaan UI memperoleh akreditasi unggulan (paling tinggi). Kalau ingin melamar pekerjaan di luar Indonesia, misalnya di AS atau Inggeris, mereka umumnya mensyaratkan lulusan master (S2) yang diakreditasi oleh misalnya ALA atau Library Association.
Sambil sedikit berjalan bergegas ia yang sedang mengejar Pak Sulis semakin enggak sabar dengan mata nanar.....
Lalu , bagaimana kalau, katakanlah saya magister perpustakaan dariUI, Saya apply job di US, apakah akreditasi dari indonesia langsung dapatditerima?
Sambil tersenyum simpul dan menggaruk kepala...dengan nada agak sedih..Pak Profesor ini menjawab
Tidak selalu karena berbagai iklan yang saya baca mensyaratkanadanya gelar yang diakreditasi oleh ALA dan ini berarti pendidikan yang ada di AS. Setahu saya gelar master sejenis dari berbagai negara Asia seperti Singapura, Taiwan, India juga dipermasalahkan karena belum diakreditasi oleh ALA. Yah ini semacam "keangkuhan" negara didaya dalam bidang pendidikan.
Lulusan JIP ini semakin penasaran dan kakinya tersandung sesuatu yang tidak ia rasakan...dan tak terasa kertas ditangannya diremasnya agak geram.
Lalu gimana caranya mendapatkan akreditasi ALA ini pak Prof?kemudian, kenapa pendidikan perpustakaan indonesia nggak mencobamendapatkan akreditasi semacam ini. toh bagaimanapun kita memangharus belajar dari mereka? Sementara itu bagaimana dengan kedudukan s1 bila dibandingkan dengan di US? apakah setara dengan pekerjaan-pekerjaan D3 disini?
Pak Sulis..sambil menarik nafas dan dari raut wajahnya agak tahu bagaimana kesedihan si lulusan JIP ini...tetap tersenyum dan menjawab dengan lugas dan padat...
Tampaknya tidak mungkin pendidikan pustakawan memperoleh akreditasi dari ALA karena mereka bersifat inward looking, jadi apa yang terjadi AS itulah yang mereka anggap terjadi dunia. Kedudukan S1 si Indonesia kurang lebih setara dengan Bachelor degree di AS sehingga mahasiswa Indonesia yang ingin belajar untuk program Master di AS harus bergelar sedikit-dikitnya sarjana.[ Kalau mahasiswa Indonesia lulusan D3 maka dia harus mengambil mata kuliah lagi sehingga mencapai gelar Bachelor baru melanjutkan ke program Master.[pengecualian untuk seorang petinggi perpustakaan di Indonesia yang pernah berjaya semasa Orde Baru]. Rasanya pendidikan suatu negara dipengaruhin oleh berbagai faktor misalnya faktor ekonomi, budaya, tingkat bmelek huruf sehingga tidak ada sebuah universitas/fakultas minta akreditasi dari negara lain. Akreditasi muncul dalam bentuk pemahaman dan pengakuan antara dua lembaga, sifatnya bilateral. Contoh lulusan SMA Kanisius di jakarta kalau mau masuk UI harus ikut UMPTN padahal di beberapa universitas di negara bagian New York kemampuan siswa SMA Kanisius sudah diakui.
Ooh begitu pak prof...terima kasih atas jawabannya...
Akhirnya si lulusan JIP-FSUI inipun pulang dengan langkah gontai dan dibuangnya kertas yang diremasnya tadi...Ternyata itu adalah fotocopi ijazah Strata Satunya di JIP-FSUI...dan matanya menitikkan air mata...Bukan lantaran dia menyesal sebagai lulusan JIP-FSUI..tetapi karena kakinya ternyata berdasar karena tersandung trotoar ketika sedang berbincang dengan pak Sulis...Kasihan..udah enggak dapet kerja di LN dapet sial lagi..pikirnya.../AP/IGOEN/IP/170501/
(Percakapan ini diilustrasikan dari percakapan email antara Prof Dr. Sulistyo Basuki dan Ado di MILIST ICS)
diambil dari geocities.com
Kamis, 17 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar