
Cinta mungkin menjadi tema yang paling sering di bicarakan, didiskusikan, diperdebatkan, diteaterkan atau di filmkan. Buku-buku tentang cinta sudah banyak telah menjadi bagian dalam jejeran buku-buku di perpustakaan-perpustakaan besar di dunia. Kisah-kisah tentang cinta begitu di elu-elukan. Ribuan novel tentang cinta telah di lahirkan ratusan pujangga. Romeo dan Juliet, Laila Majnun, Hamlet-nya Shakespare menjadi contohnya.
Lalu apa sih cinta itu. Dalam psikologi sufi manusia terdiri dari tiga lapis. Lapis terdalam adalah ruh, lalu yang ditengah-tengah adalah qalbu atau nafsu dan yang paling terluar adalah badan atau yang biasa disebut jasmani. Ruh adalah lapisan inti dari kemahlukan manusia. Ruh itu utuh. Pada ruh tak ada yang namanya kontradiksi atau friksi. Sekali lagi dia utuh. Pada tahap atau lapisan Qalbu baru ada kontradiksi atau friksi. Pada lapisan Qalbu ini ada yang namanya laki-laki atau perempuan, ada senang ada sedih, ada nikmat, nyaman, manis, pahit dan sebagainya. Kemudian pada lapisan terluar yaitu jasmani dijelaskan potensi-potensi atau bentuk-bentuk yang di akibatkan oleh kalbu. Seperti potensi kewanitaan misalnya betuk jasmaninya seperti apa. Ada payudara atau lainnya yang kita bisa menyimpulkan dia adalah seorang wanita.
Nah cinta itu letaknya pada lapisan mana? Dalam litelatur sufi, para sufi meletakkan cinta apada lapisn ruh. Dengan begitu cinta itu utuh. Tak ada konflik seperti senang dan benci atau pahit dan manis. Jadi bila kita sudah di naungi oleh cinta, kita tak akan mengenal lagi yang namanya benci dan sejenisnya. Kita sering mendengar orang mengucapkan aku jatuh cinta padamu, tapi setelah beberapa tahun kita melihatnya putus atau bercerai. Alasannya karena perbedaan yang terlalu besar cinta kita luntur atau karena perbuatan yang tak disukai cinta itu hangus. Menurut hakikat cinta, hubungan seperti itu belum di landasi cinta. Hubungan seperti itu hanya cinta di bibir saja. Karena cinta itu tak bisa luntur dan hangus. Akan lebih indah rasanya bila akan memulai suatu hubungan seperti pacaran kita mengucapkan kepada lawan jenis kita, “aku ingin menumbuhkan cinta diantara kita berdua, maukah engkau menjadi partnerku untuk mencari cinta itu agar kita dapat terus bersama hingga sepuhnya dunia.” Benci dan sejenisnya itu adalah cinta yang tersakiti kata sang pujangga kenamaan Kahlil Gibran. Benci menimbulkan rasa sakit pada cinta. Tapi cinta itu tetap ada karena dia utuh dan abadi. Misalkan bagaimanapun tidak senangnya orang tua pada anaknya yang nakal, orang tua itu pasti tetap mencintai anaknya itu. Begitu juga sebaliknya. Anaknya yang nakal itu menggores luka pada cinta sang orang tua. Alhasil cinta itu tak dapat di gugurkan oleh situasi apapun. Seorang yang telah menemukan cinta hanya akan memandang keindahan, tak ada keburukan walaupun boleh jadi memang ada keburukan. Karena cinta setiap cacian adalah nyanyian yang mengalun indah. Karena cinta setiap tamparan adalah tarian indah. Cinta akan menyebabkan kita berada pada kebaikan semata. Oleh karena itu kebajikan-kebajikan yang tumbuh akibat cinta akan menghadirkan pengetahuan emosional yang baik, dimana Allah swt akan dirasakan kehadiran-Nya bukan oleh orang yang hanya menangakap tanda-tanda rasional saja tetapi oleh orang yang kaya emosional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar